Kronik DPR: Dari Drama Tiang Listrik Hingga Peluru Nyasar
Jakarta, CNN Indonesia -- Kerja anggota Dewan Perwakilan Rakyat periode 2014-2019 memprihatinkan. Tak banyak pencapaian yang diraih, baik dalam fungsi pengawasan, legislasi, maupun anggaran. Padahal, triliunan rupiah sudah dikeluarkan negara untuk membiayai kerja para wakil rakyat itu.Anggaran DPR sejak 2016 bahkan konsisten mengalami kenaikan. Pada 2017, anggaran negara untuk wakil rakyat tercatat Rp4,76 triliun atau naik dari tahun sebelumnya Rp3,69 triliun. Sementara anggaran pada 2018 tercatat Rp5,72 triliun dan anggaran 2019 menjadi Rp5,73 triliun.
Kenaikan anggaran itu hanya mampu ditebus dengan kemampuan mengesahkan 35 rancangan undang-undang dari 189 program legislasi nasional.
Jika dirata-rata, dewan cuma menghasilkan lima undang-undang setiap tahun. Itu pun dengan kualitas yang masih patut dipertanyakan. Sementara dalam fungsi pengawasan dan anggaran, DPR tak punya capaian mencolok.
Tanpa pencapaian berarti, anggota dewan periode 2014-2019 justru banyak membuat drama lewat insiden-insiden yang terjadi di dalam maupun di luar Gedung DPR. CNNIndonesia.com merangkum drama-drama anggota dewan itu; dari yang membuat marah, tertawa, hingga insiden-insiden memalukan.
1. Kericuhan Perdana dan Palu Sidang Ceu Popong
Kericuhan pertama yang tercatat di gedung dewan periode 2014-2019. Kericuhan terjadi dalam sidang paripurna tak lama setelah agenda pelantikan selesai, 1 Oktober 2014 silam.
Saat itu, polarisasi politik di DPR masih cukup antara koalisi partai pendukung Jokowi-Jusuf Kalla dan koalisi partai pendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang kalah pemilu. Kubu pertama didukung PDIP, Hanura, PKB, dan NasDem. Kubu terakhir didukung Gerindra, Golkar, PAN, PKS, PPP.
Kericuhan dipicu keputusan pimpinan DPR sementara, Popong Otje Djundjunan dari Golkar dan Ade Rezki Pratama dari Gerindra yang memutuskan rapat paripurna pemilihan pimpinan DPR digelar hari itu juga. Padahal hari sudah beranjak malam dan lobi partai dalam rapat konsultasi masih berlangsung.
Koalisi partai Jokowi-JK protes. Sidang Paripurna semakin memanas ketika anggota Fraksi PDIP Arif Wibowo dan Adian Napitupulu maju ke meja pimpinan. Tak lama, aksi ini pun diikuti oleh hampir semua anggota DPR yang ikut sidang, menyebabkan area di depan meja pimpinan penuh dan semakin tampak tak kondusif.
Hujan interupsi datang bertubi-tubi ke arah meja pimpinan sidang. Teriak anggota dewan silih berganti dengan suara-suara meja yang dipukul.
Anggota DPR dari Fraksi Golkar Popong Otje Djundjunan yang populer disapa Ceu Popong. (ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan)
|
"Paluna eweuh (palunya tidak ada)," kata Ceu Popong dengan logat Sundanya yang khas, di tengah hujan interupsi puluhan anggota dewan di depan mejanya.
Ucapan Ceu Popong soal palunya yang hilang ini menjadi pembuka drama-drama anggota dewan selama lima tahun masa jabatannya.
2. 'Papa Minta Saham' Setya Novanto
Setya Novanto atau karib disapa Setnov tercatat sebagai Ketua DPR pertama periode 2014-2019. Sosok ini juga yang paling banyak membuat kasus baik politik maupun hukum.
Salah satu yang paling mencolok adalah skandal kasus 'Papa Minta Saham', yang terkuak bahkan sebelum jabatan Setnov berusia satu tahun. Kasus ini terbongkar 16 November 2015, saat Menteri ESDM masih dijabat Sudirman Said.
Sudirman melaporkan Setnov ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) atas dugaan mencatut nama Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam meminta sebagian saham terkait perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia.
Laporan Sudirman disidangkan oleh MKD pada 23 November. Sejumlah nama lain ikut terseret setelah rekaman pembicaraan Setnov dengan pengusaha Riza Chalid dan Presdir PT Freeport Maroef Sjamsoeddin terungkap ke publik.
Kasus 'Papa Minta Saham' membuat Setnov meletakkan jabatannya sebagai Ketua DPR, namun penyelidikan terhadap kasus ini berhenti bak ditelan bumi.
3. Gonta-ganti Ketua DPR, 1 Periode 3 Pergantian
DPR periode 2014-2019 tercatat mengalami hingga tiga pergantian Ketua Dewan. Masing-masing dari tiga pergantian itu menyita perhatian publik. Pergantian pertama terjadi pada 16 Desember 2015 saat kursi Ketua DPR diduduki Setya Novanto.
Setnov yang dilantik pada 2 Oktober 2015, mengundurkan diri dari jabatannya setelah tersangkut kasus 'Papa Minta Saham'. Golkar mengajukan Ade Komarudin sebagai pengganti Setnov. Dia dilantik sebagai Ketua DPR pada 11 Januari 2016.
Tak sampai satu tahun pria yang karib disapa Akom menjabat, Setnov kembali menggerayangi kursi yang dulu sempat dia duduki.
Setelah melalui proses politik, pada Kamis 28 November 2016 Dewan Pembina Golkar Aburizal Bakrie mengumumkan partai telah setuju Ade Komarudin diganti Setnov sebagai Ketua DPR.
Ade pun sudah menyatakan siap mematuhi keputusan partai, Tapi pergantiannya tak berjalan secara halus. Ade diberhentikan oleh Mahkamah Kehormatan Dewan, hanya tiga jam sebelum pelantikan Setnov sebagai Ketua DPR, 30 November 2016.
Drama Setnov masih berlanjut. Setelah melalui proses yang panjang soal keterlibatannya dalam korupsi e-KTP, Setnov akhirnya ditangkap KPK pada 11 Desember 2017. Kembali, Setnov mengundurkan diri dan jabatannya diserahkan kepada Bambang Soesatyo hingga saat ini.
4. Drama Setnov Tabrak Tiang Listrik
Penangkapan Setya Novanto mungkin jadi kasus yang paling mencoreng dan memalukan DPR. Betapa tidak, sosok yang dipercaya menjadi Ketua DPR harus menanggung status buronan dan dikejar-kejar oleh tim penyidik komisi antirasuah hingga mobil yang ditumpanginya menabrak tiang listrik.
Penangkapan Setnov merupakan tindaklanjut setelah KPK menetapkannya sebagai tersangka dalam kasus korupsi e-KTP. Lalu, 15 November 2017 tim penyidik mendatangi kediaman Setnov hendak mencokoknya. Dia tak ditemukan di rumah.
Drama pencarian Setnov pun dimulai. Keesokan harinya, Kamis 16 November, KPK menetapkan Setnov sebagai buronan.
Setya Novanto terbaring di RS Permata Hijau usai kecelakaan di Jakarta, Kamis (16/11). (Dok. Istimewa)
|
Foto mobil Setnov menabrak tiang listrik beredar di media sosial. Foto tersebut viral, dijadikan bahan ejekan oleh para netizen.
Setnov sendiri langsung dirawat di rumah sakit Medika Permata. Dia dikabarkan mengalami luka benjol di kepala. Sehari kemudian, KPK mengeluarkan surat penahanan Setnov selama 20 hari ke depan.
5. Kebakaran di Gedung DPR
Selain drama yang melibatkan anggota dewan, cerita lain yang datang dari Senayan adalah insiden kebakaran pada 14 November 2017 lalu. Gedung Nusantara III Kompleks DPR mengalami kebakaran dipicu korsleting listrik.
Kejadian berlangsung siang hari pukul 10.50 WIB. Asap mengepul keluar dari sejumlah ruangan. Sebagian pegawai dan wakil rakyat berhamburan keluar meninggalkan ruangan masing-masing.
Tak perlu waktu lama, mobil pemadam kebakaran pun berdatangan. Sedikitnya ada empat unit mobil damkar dikerahkan. Petugas berhasil memadamkan api sebelum menjalar tak terkendali.
6. Peluru Nyasar Tembus Ruang Dewan
Gedung DPR dibuat geger pada Senin siang, 15 Oktober 2018, oleh temuan peluru dan lubang bekas tembakan di dua ruang kerja anggota DPR.
Peluru nyasar itu menembus ruang 1313 yang dihuni anggota Fraksi Golkar Bambang Heri Purnama di lantai 13 dan ruang 1601 anggota Fraksi Gerindra Wenny Warous di lantai 16, Gedung Nusantara I.
Tembakan peluru nyasar dilepaskan dari area pelatihan raksi di belakang Lapangan Tembak Senayan yang berjarak 400 meter dari Gedung Nusantara I. Pelakunya berinisial I dan R, PNS Kementerian Perhubungan.Gedung tempat para wakil rakyat itu berkumpul.
Meski tak ada korban jiwa, peluru ini disebut nyaris menembus kepala seorang staf gedung. Setelah diselidiki dan ditetapkan sebagai tersangka, kedua pelaku diancam hukuman penjara paling lama hingga 20 tahun penjara. (wis)
Halaman Selanjutnya >>>>
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kronik DPR: Dari Drama Tiang Listrik Hingga Peluru Nyasar"
Post a Comment