Pertamina Beri 'Ganti Rugi' Nelayan Tak Melaut di Karawang
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) memberikan kompensasi kepada nelayan yang membantu mengangkut tumpahan minyak di laut Karawang, Jawa Barat, minimal Rp120 ribu per hari. Nelayan yang juga warga pesisir pantai itu dikerahkan untuk membantu mengumpulkan dan mengangkut limbah yang berasal dari anjungan (rig) lepas pantai YYA, Blok Migas Offshore North West Java (ONWJ)."Jadi ada biaya penggantian itu kami sepakati. Mereka yang mengumpulkan spill-spill oil (tumpahan minyak) di laut (dapat) Rp100 ribu per hari, dengan uang makan Rp20 ribu. Terus kami angkut ada tonasi per kilo, sekitar per 3-5 kilogram (kg) itu Rp20 ribu-an. Kemudian, dari titik kumpul mereka ke truk untuk kami angkut. Itu ada biaya Rp120 ribu per tonasi tadi ditambah uang makan," ujar Meidawati di Gedung Pertamina Pusat, Jakarta, Kamis (8/8).
Melalui kompensasi tersebut, ia yakin para nelayan tetap mendapat pemasukan setiap harinya.
"Kami data jumlahnya (nelayan) tidak merata setiap hari. Prinsipnya kami tidak ingin ada yang dirugikan," tuturnya.
Selain nelayan, guna menanggulangi insiden tumpahan minyak itu, perseroan juga telah bekerja sama dengan berbagai pihak di antaranya TNI, Polri dan masyarakat sekitar.Sampai saat ini, sambungnya, sebanyak 3.965,71 barel tumpahan minyak yang berhasil diangkat dari lepas pantai. Untuk mengangkut tumpahan minyak tersebut, perseroan menggunakan karung yang total beratnya mencapai 4.900 ton. Satu karung beratnya 4,6 kg yang isinya antara lain 10 persen tumpahan minyak, selebihnya berisi pasir dan batu.
Ia menjelaskan penanganan tumpahan minyak membutuhkan waktu panjang. Targetnya, hingga tahun 2020.
Prosesnya sendiri meliputi empat tahap. Pertama, tahap penanggulangan yang berlangsung pada periode Juli-Agustus 2019. Kedua, tahap pemulihan pada September-November 2019. Ketiga, tahap pasca pemulihan pada Desember 2019. Keempat, tahap rutin pada Januari 2020 dan seterusnya.
Di tempat yang sama, Incident Commander Taufik Aditiyawarman menjelaskan upaya penanganan sumur yang bocor masih dilakukan. Ia menyebutkan terdapat 3 tahap untuk menangani sumur. Pertama, perencanaan dan rancangan teknis. Kedua, survei geofisika dan geoteknikal. Terakhir, eksekusi perencanaan (planning & execution operation)."Saat ini udah masuk ditahap 3 yaitu tahap execution. Saya dapat laporan sudah berada di kedalaman 2.050 feet. Targetnya kira-kira ada di 9.000 feet," jelas Taufik.
Untuk menangani tumpahan minyak di permukaan laut, tim menggunakan alat berupa oil boom.
Terdapat 4.700 meter oil boom statis untuk menghadang tumpahan minyak dari sumber utama. Kemudian, ada 600 meter movable oil boom untuk menghadang tumpahan minyak yang lepas dari sumber utama.
Selain itu, perseroan juga menggunakan 4 oil skimmer untuk mengangkat dan menyedot tumpahan minyak. Perseroan juga mengerahkan 44 kapal untuk mengumpulkan tumpahan minyak, penampungan sementara, serta siaga patroli.Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Nicke menyatakan meskipun pihaknya menyusun peta rancangan (road map) penanggulangan tumpahan minyak, namun perseroan akan melakukan penanggulangan secara tuntas. Itu berarti, jika dalam tenggat itu masih terdapat kebocoran, maka perseroan akan terus melakukan penanganan.
Ia meminta seluruh nelayan untuk melapor jika menemukan tumpahan minyak yang belum ditangani. Nelayan diimbau untuk melaporkan koordinatnya alih-alih menangani tumpahan minyak secara mandiri lantaran cukup berisiko.
"Kami akan melakukan penanggulangan dengan tuntas," terang dia.
Sebagai informasi, PHE merupakan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) alias operator Blok ONWJ. Insiden kebocoran sendiri terjadi ketika dilakukan pengeboran sumur reaktivasi YYA-1 pada Jumat (12/7) lalu. Sampai awal Agustus, volume tumpahan minyak di pesisir utara, Kabupaten Karawang, Jawa Barat sisa 10 persen dari volume awal, yakni 3.000 barel per hari (bph).
[Gambas:Video CNN] (sas/sfr)
Halaman Selanjutnya >>>>
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pertamina Beri 'Ganti Rugi' Nelayan Tak Melaut di Karawang"
Post a Comment