
Kendati pasokan pangan global berlimpah, sebuah laporan PBB menyatakan 815 juta orang, 11 persen dari populas dunia, mengalami kelaparan pada tahun 2016. Angka tersebut tampaknya semakin meningkat.
Namun kemiskinan bukan satu-satunya alasan, yang dialami oleh orang-orang adalah masalah ketahanan pangan.
“Kita menyaksikan meningkatnya bencana kelaparan yang disebabkan oleh pengungsian yang terkait konflik, di samping juga bencana alam, namun khususnya ada peningkatan dalam angka pengungsi di dunia,” ujar Robert Opp, direktur Inovasi dan Manajemen Perubahan di bawah lembaga Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Organisasi kemanusiaan berpaling ke teknologi baru seperti Kecerdasan Artifisial, untuk menanggulangi masalah ketahanan pangan global.
“Apa yang ditawarkan Kecerdasan Artifisial saat ini, adalah kemampuan untuk meningkatkan kapasitas manusia. Jadi, yang kita bicarakan bukan menggantikan manusia dan berbagai hal. Kita berbicara tentang berbuat lebih banyak hal dan melakukannya dengan lebih baik daripada yang dapat kita lakukan hanya dengan sekedar mengandalkan kapasitas manusia,” ujar Opp.
Analisa data, dan teruskan ke para petani
Kecerdasan artifisial dapat menganalisa data dalam jumlah besar untuk mengetahui daerah-daerah yang terdampak konflik dan bencana alam dan membantu para petani di negara-negara berkembang. Data tersebut kemudian dapat diakses oleh para petani lewat telepon pintarnya.
“Rata-rata telepon pinar yang ada saat ini di dunia lebih bertenaga dibanding keseluruhan program antariksa Apollo 50 tahun yang lalu. Jadi bayangkan seorang petani di Afrika yang memiliki telepon pintar memiliki kekuatan komputasi yang lebih besar dari seluruh program antariksa Apollo,” ujar Pranav Khaitan, insinyur utama di Google AI.
“Saat anda mengambil data spesial dan data pemetaan tanah serta memanfaatkan Kecerdasan Artifisial untuk melakukan analisis, anda dapat mengirimkan kepada saya informasi tersebut. Jadi singkatnya, anda dapat membantu saya [untuk mengetahui] kapan mulai menanam, apa yang harus ditanam, dan bagaimana cara menanam,” ujar Uyi Stewart, direktur Strategi Data dan Analitik yang berada di bawah Global Development Bill and Melinda Gates Foundation.
“Saat anda mulai memadukan teknologi, Kecerdasan Artifisial, robotika, sensor, disanalah kita akan mulai menyaksikan terjadinya keajaiban di lahan-lahan pertanian untuk produksi, untuk meningkatkan panen,” ujar Zenia Tata, wakil presiden Global Impact Strategy di XPRIZE, sebuah organisasi yang menciptakan kompetisi berinsentif untuk memungkinkan pengembangan ide-ide dan teknologi inovatif yang memberi maslahat kepada umat manusia.
“Akhirnya kembali kepada pengembangan semua teknik ini dan membuatnya tersedia bagi para petani dan orang-orang di lapangan,” ujar Khaitan.
Mengatasi hambatan
Namun, negara-negara berkembang acapkali adalah yang terakhir untuk mendapatkan teknologi baru.
Sebagaimana yang dinyatakan Stewart, “815 juta orang mengalami kelaparan dan saya berani bertaruh 814 juta dari 815 juta orang yang kelaparan tidak memiliki telepon pintar.”
Bahkan bila teknologinya tersedia, masih ada berbagai hambatan lainnya.
“Banyak dari orang yang kita bicarakan ini mengalami kelaparan, dan mereka tidak bisa berbahasa Inggris, jadi ketika kita mendapatkan wawasan terkait teknologi ini, bagaimana kita dapat meneruskannya kepada mereka?” ujar Stewart.
Meskipun butuh waktu bagi teknologi baru untuk menjangkau negara-negara berkembang, banyak yang berharap kemajuan-kemajuan semacam ini akhirnya dapat mencapai kalangan petani di berbagai kawasan yang menghadapi masalah ketahanan pangan.
“Anda menciptakan teknologinya. Investasi dalam jumlah besar telah ditanamkan. Sekarang anda memodifikasinya, yang memungkinkan biayanya dapat ditekan lebih rendah juga,” ujar Teddy Bekele, wakil presiden AgTechnology yang berada di bawah perusahaan agribisnis dan pangan asal AS, Land O’Lakes.
“Jadi, saya rasa tiga hingga empat tahun mungkin kita akan memiliki beberapa hal yang kita miliki di sini untuk digunakan di sana (negara-negara berkembang) juga,” sebagaiman diprediksi oleh Bekele.
Mereka yang bekerja di organisasi-organisasi kemanusiaan mengatakan para wirausahawan harus melihat di luar negara mereka untuk mengadaptasi teknologi baru untuk menanggulangi kelaparan global, atau muncul dengan model swasta publik. Para petani akan membutuhkan peralatan itu selain juga pelatihan sehingga mereka dapat memanfaatkan kekuatan dari kecerdasan artifisial untuk membantu penyediaan pangan mereka yang mengalami bencana kelaparan di negara-negara berkembang. [ww]
Baca Kelanjutan Kecerdasan Artifisial Bantu Tangani Bencana Kelaparan Global : https://ift.tt/2qh37a3
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kecerdasan Artifisial Bantu Tangani Bencana Kelaparan Global"
Post a Comment